Benihonline.com – Memilih media tanaman yang tepat untuk pertanian organik dapat kadang akan membingungkan. Terlebih lagi, bagi para pemula di bidang agrikultur. Namun, dengan berbekal informasi tentang contoh media tanam organik dan keunggulannya berikut.
Setidaknya, kamu bisa memahami kelebihan dan kekurangan contoh media tanam organik tersebut, sehingga bisa memutuskan pilihan terbaik.
Yuk, langsung kita cek sama-sama daftarnya!
Contoh Media Tanam Organik yang Potensial dan eco-friendly.
- Vermikulit.
Salah satu sarana terbaik sebagai wadah tanaman, vermikulit adalah mineral dengan kepemilikan sejumlah sifat yang bermanfaat. Ini menghadirkan kapasitas tinggi untuk retensi air dan sangat baik dalam membantu memperlancar sirkulasi udara.
Bukan hanya itu, vermikulit juga termasuk sumber zat berguna seperti magnesium serta potasium. Jika kamu membutuhkan inovasi baru, jangan ragu untuk memanfaatkannya.
- Batu apung.
Dipakai sejak zaman kuno sebagai contoh media tanam organik, batu apung akan sangat membantu kamu dalam berbagai situasi. Apalagi, keberadaannya gampang ditemukan terutama di kawasan perairan semisal sungai.
Apung menyediakan lingkungan yang tidak cocok bagi serangga, jamur, dan aneka masalah taman lainnya. Lebih jauh, ini juga menghadirkan pH netral, nutrisi yang mudah dikontrol, serta meminimalkan potensi kerusakan atau pembusukan.
Apakah hanya itu saja? Rupanya tidak, batu apung adalah media yang mampu mempertahankan kelembaban, memberikan aerasi secara optimal pada tanah, serta bisa membantu kamu melonggarkan tanah liat. Bersama segala manfaat yang dibawa oleh batu apung, sayang bila kamu melewatkannya ketika hendak membudidayakan tanaman organik.
- Mulsa organik.
Mulsa organik akan bertindak sebagai lapisan teratas untuk membantu mempertahankan kelembaban dan menekan gulma. Tidak berhenti sampai di situ, ketika mengalami penguraian, contoh media tanam organik ini sanggup mendorong peningkatan kesuburan tanah.
Bentuk mulsa sebenarnya cukup variatif, itu bisa bersifat permanen sebagaimana halnya serpihan kayu, atau yang sementara serupa plastik. Kamu juga dapat mengaplikasikannya secara bebas. Apakah setelah bibit tumbuhan muncul ke atas permukaan tanah, atau justru sebelum kegiatan bercocok tanam dimulai, keduanya tetap menghasilkan produk yang unggul.
Pada dasarnya, mulsa organik dapat menyatu dengan tanah melalui proses alami. Artinya, kamu hanya perlu menempatkannya di lokasi budidaya tanaman, lalu biarkan organisme tanah mengambil peran. Tentu, hal ini tidak terlepas pula dari fenomena pelapukan non-biologis.
- Kompos.
Contoh media tanam organik ini tentunya tidak asing lagi dan bisa dibilang lumayan populer di Indonesia. kamu akan menemukan banyak sekali alternatif kompos yang dijual secara bebas di pasaran, baik online maupun offline.
Mengandung tingkat nutrisi yang lebih tinggi, kompos adalah media bercocok tanam serba guna. Memang benar, bahwasanya mulsa organik baik untuk sementara waktu sebagai satu-satunya pendukung pertumbuhan tanaman, tetapi pada akhirnya tetap perlu dilengkapi oleh nutrisi tambahan.
Baca juga : Gampang Dipelajari, Begini Cara Budidaya Sayuran Organik
Kompos, dalam kegiatan budidaya tanaman, rupanya bisa dimanfaatkan di berbagai situasi, tidak terkecuali yang mengandalkan unsur organik. Jadi, lengkapi usaha kamu dengan media potensial ini agar hasilnya lebih memuaskan.
- Gambut.
Sebagai hasil dari perpaduan tanaman setengah busuk, gambut merupakan opsi yang bagus untuk menambah nutrisi dan tetap mempertahankan kelembaban saat bibit ditambahkan ke tanah.
Keunggulan utama gambut yaitu mampu melepaskan air lebih lambat dibandingkan tanah, lalu menyebarkannya secara merata untuk pertumbuhan akar yang optimal. Dengan begitu, sumber daya yang kamu butuhkan jadi semakin hemat bila dibandingkan saat memanfaatkan media lainnya.